Sebuah Janji

Sebuah janji telah terucap. Sebuah janji juga telah disaksikan. Saat seruan panggilan itu hadir.

Tak ada yang memaksamu untuk berjanji. Tak ada pula yang mengajakmu. Itu semua adalah atas kehendakmu sendiri.

Dia hanya memanggilmu. Dengan seruanNya Yang Maha Wibawa. Dia pun hanya memberimu tawaran, apakah kau mau membuat suatu pilihan.

Dan kini, semua pilihan yang telah kau buat serta telah disaksikan, harus kau pikul dan laksanakan. Semua sudah sesuai dengan pilihan pribadi masing-masing.

Tak ada yang terpaksa dalam memilih. Tak ada yang terlalu berhasrat untuk meminta. Semua terjadi atas karna keikhlasan.

Tak perlu bertanya lagi. Kenapa ini begini. Kenapa itu begitu. Semua sudah dituliskan sebagaimana mestinya. Semua sudah sesuai dengan perjanjian yang telah kita buat sendiri.

Ketika diri tak lagi mampu untuk menerima kenyataan. Keinginan untuk mencaci kadang masih sering terlontar. Entah karna sadar, atau tanpa disadari. Yang pasti, kita semua pernah mengingkarinya.

Ingatkah kau akan sebuah janji. Ingatkah kau akan sebuah guratan yang tertulis rapi di jiwamu. Yang pasti, kau mungkin hanya ingat pernah diadakan. Kau pun ingat bahwa, dirimu pun nantinya pasti ditiadakan. Namun ingatkah engkau, bahwa ada sebuah janji yang jelas dan pasti. Sebuah janji yang dulu pernah disaksikan olehNya.

DipertemukanNya kita dengan alam ini. DirangkaikanNya kita dengan tali sutra pengikat rasa. DititipkanNya pada jiwa kita yang Kamil. Jiwa yang mengemban amanah sebuah janji. Janji suci untuk selalu ingat dan berjalan di jalan yang suci serta mulia.

Sebuah janji untuk tak pernah melupakanNya. Sebuah janji untuk menuju hanya kepadaNya. Sebuah janji untuk memasrahkan segalanya hanya pada Dia. Yaa..sebuah janji, yang kini telah lama..dan banyak terlupakan.