Wajah Bening dan Tenang

Sebuah telaga di tengah hutan yang lebat dan masih perawan. Belum tersentuh oleh tangan-tangan manusia. Sejuk, rindang, damai, dan selalu menghembuskan aroma kemurnian.

Deru suara bising motor yang memekakkan telinga. Riuh hilir mudik manusia-manusia yang berpacu dengan waktu. Menghiasi hari-hari di tengah keramaian kota.

Dua wajah yang berlainan, namun tetap dalam wilayah kehidupan yang sama. Saling berkaitan satu sama lain, serta saling mempengaruhi. Terus berlangsung sampai tiba datangnya akhir zaman.

Wajah bening dan tenang, memancarkan aroma kedamaian sejati. Jelas dan nyata tanpa adanya kepalsuan sedikit pun. Selalu bergerak halus tanpa meninggalkan riak-riak keresahan. Bening dan tenang, sangat dirindukan oleh jiwa-jiwa yang haus akan kebahagiaan hakiki.

Wajah yang suram dan penuh dengan gejolak. Melahirkan geriang pucat-pasi dan amarah serta ambisi yang menghancurkan. Tak ada keindahan yang terpancar. Hanya gemerlap semu yang melahirkan jurang pekat keterpurukan.

Rindu jiwa para pencari kesejatian. Berharap selalu pada gelap dan heningnya malam. Mencoba untuk menggapai sisa-sisa puing damai. Yang telah lama hancur ditelan ambisi dan keserakahan.

Mengapa tak mencoba meraih, dari lubuk jiwa yang paling dalam. Lubuk jiwa yang menyimpan wajah bening dan tenang. Wajah yang selalu memberikan kebenaran dan kedamaian abadi. Wajah yang tak pernah berhenti menuntun pada cahaya terang benderang. Wajah yang tetap setia bersemayam pada diri tiap insan mulia.